Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Indonesia melaksanakan beragam kegiatan keagamaan sebagai bentuk pensucian diri, salah satunya adalah ritual keagamaan yang menjadi daya tarik pariwisata, yaitu Tradisi Ogoh-Ogoh.
1. Rangkaian Hari Raya Nyepi
Ogoh-ogoh merupakan salah satu tradisi yang masuk ke dalam rangkaian Hari Raya Nyepi, yaitu ritual Bhuta Yadnya.
Bhuta Yadnya merupakan rangkaian upacara untuk menghalau kehadiran Bhuta Kala yang merupakan manifestasi unsur-unsur negatif dalam kehidupan manusia.
Bhuta Yadnya terdiri dari dua tahapan, yaitu ritual mecaru (pecaruan) dan ngrupuk (pengerupukan).
Mecaru merupakan upacara persembahan aneka sesajian (caru) kepada Bhuta Kala. Upacara ini dilakukan dari tingkatan keluarga, banjar, kecamatan, kabupaten, kota, hingga tingkat provinsi.
Sementara, ngrupuk adalah ritual yang dilakukan dengan cara mengelilingi pemukiman sambil membuat bunyi-bunyian disertai dengan penebaran nasi tawur dan asap dupa atau obor secara beramai-ramai.
Ritual ngrupuk yang biasanya dilakukan bersamaan dengan arak-arakan Ogoh-ogoh bertujuan agar Bhuta Kala beserta segala unsur negatif lainnya menjauh dan tidak mengganggu kehidupan umat manusia.
2. Ogoh-Ogoh
Ogoh-ogoh adalah replika perwujudan roh jahat atau Bhuta Kala dalam bentuk patung atau boneka besar.
Boneka tersebut dahulu terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kertas. Seiring waktu, Ogoh-ogoh saat ini dibuat dengan bahan dasar styrofoam karena menghasilkan bentuk tiga dimensi yang lebih halus.
Pembuatan Ogoh-ogoh ini dapat berlangsung sejak berminggu-minggu sebelum Nyepi.
Waktu pembuatan sebuah Ogoh-ogoh dapat bervariasi bergantung pada ukuran, jenis bahan, jumlah SDM yang mengerjakan, dan kerumitan desain dari Ogoh-ogoh.
Setelah dibuat, Ogoh-ogoh akan diarak menyusuri ruas-ruas jalan yang telah ditentukan dengan diringi alat musik pengiring, yaitu gamelan Bali.
Setelah diarak, Ogoh-ogoh yang menjadi simbol Bhuta Kala ini akan dirusak agar tidak mengganggu kehidupan umat manusia karena diyakini sebagai unsur negatif yang telah dijelaskan.
3. Awal Mula Tradisi Ogoh-Ogoh di Bali
Sejarah Ogoh-ogoh di Bali bermula pada tahun 1983. Saat itu, Presiden menetapkan perayaan hari raya Nyepi sebagai hari libur nasional. Masyarakat pun mulai membuat perwujudan Bhuta Kala, salah satunya adalah Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh mulai dibuat di berbagai tempat di Denpasar. Namun, boneka raksasa tersebut mulai dikenal publik dan menyebar setelah tampil dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.
Dikutip dari kumparan, menurut Cendekiawan Hindu, tradisi ogoh-ogoh adalah wujud keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat.
Kekuatan tersebut mencakup kekuatan bhuana agung (kekuatan alam raya) dan bhuana alit (kekuatan dalam diri manusia). Kedua kekuatan ini bisa digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia semakin indah.
4. Nilai Sosial dalam Tradisi Ogoh-Ogoh
Pada pelaksanaan tradisi Ogoh-ogoh terkandung nilai kerukunan atau keharmonisan yang tumbuh di masyarakat atas hidup secara berdampingan.
Hal tersebut dapat terlihat dari proses pembuatan pengarakan Ogoh-ogoh yang menuntun pada karakter gotong royong bersama partisipasi dari seluruh kalangan.
Keikutsertaan seluruh warga memberikan makna khusus bahwa sikap toleransi terhadap sesama dapat diwujudkan dengan baik. Tradisi khas umat Hindu ini terbuka untuk umum atau bagi para wisatawan tanpa membeda-bedakan.
Secara tidak langsung, tradisi Ogoh-ogoh tanpa disadari telah menciptakan nilai kerukunan atau keharmonisan yang tumbuh di masyarakat akan hidup berdampingan.
Sebab, dalam tradisi Ogoh-ogoh melekat rasa kebersamaan sehingga memberikan dampak yang lebih dari sekedar sebuah kebudayaan.
TERIMAKASIH!
Terimakasih kawan telah membaca hingga akhir artikel, semoga informasi yang kami berikan dapat menambah wawasan kawan mengenai kebudayaan Indonesia!
Jika kawan Travbuck membutuhkan guide, informasi, maupun kendaraan, jangan segan untuk menghubungi kami di media sosial kami ya! jangan lupa untuk cek artikel kami terkait Bau Nyale 2022, Simbol Semangat Mandalika Menyambut MotoGP.
Tim Travbuck
Zhafran Zibral
Artikel Terkait Lainnya
Senggigi Sunset Jazz 2024 Kembali Hadir Obati Rindu Masyarakat
Senggigi Sunset Jazz 2024 akan digelar tanggal 5 Oktober 2024. Sebanyak tujuh musisi ternama di nasional maupun Pulau Lombok akan tampil.
Tanaman Kaktus Rilis Single Terbaru “Kamu Tak Seperti Kamu”
Tanaman Kaktus, grup musik asal Kota Mataram telah merilis single terbarunya berjudul ‘Kamu Tak Seperti Kamu’, pada tanggal 12 April 2024.
5 Tradisi Sambut Ramadan di Indonesia yang Jarang Diketahui
Bulan Ramadan segera tiba dalam hitungan hari. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim pun menyambut momen ini dengan suka cita.
Stereocase Rilis MV Single Terbaru “YOU” dengan Sentuhan AI
Stereocase menghadirkan kreativitas baru dalam mengolah video musiknya dengan menghadirkan sentuhan teknologi AI.
Fourtwnty Gelar Tur Album Nalar di 3 Kota Indonesia
Setelah sukses dengan Nalar Tur Album di Singapura dan Malaysia, Fourtwnty akhirnya menjawab kerinduan para penikmat musiknya di Indonesia. Mereka akan menggelar tur tersebut ke tiga kota di Indonesia pada Januari 2024 ini.