September 12, 2024

Iduladha merupakan hari raya umat Muslim yang dirayakan dengan menyembelih hewan kurban. Pada beberapa daerah juga, perayaannya diwarnai dengan tradisi unik hasil akulturasi budaya setempat. Berikut tradisi perayaan Iduladha di berbagai daerah, termasuk di Lombok.

1. Tradisi Roah, Lombok

Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat mengenal tradisi Roah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini dilakukan menjelang perayaan shalat Iduladha.

Dalam tradisi Roah, masyarakat Lombok akan membawa jamuan hidangan berbentuk dulang yang dilakukan oleh jemaah laki-laki dengan menggelar zikir.

Maksud dari tradisi ini adalah menggelar doa bersama dengan membawa dulang berisikan makanan ataupun buah – buahan hasil panen. Adapun sajian makanan khas roah, yaitu nasi kuning atau nasi Rasul dengan lauk opor ayam maupun telur, ayam panggang, gulai, bebalung, sate sayur dan sebagainya.

2. Tradisi Lawa Pipi, Maluku Tengah

Lawa Pipi berasal dari bahasa Hila, Lawa berarti lari dan Pipi artinya Kambing.

Tradisi yang berasal dari Ulih Lawang, Maluku Tengah ini dilakukan sehari setelah sholat Iduladha. Ketentuan hewan kambing yang boleh digunakan biasanya berumur diatas dua tahun dan tidak catat. Lalu, setiap kambing yang terpilih punya sebutan tema.

Sebelum disembelih, kambing akan dibawa ke halaman rumah Raja Oolong. Kemudian, digelar doa bersama. Setelah itu, masyarakat akan mengarak kambing dengan mengelilingi masjid Adat Hasan Sulaiman sebanyak tujuh kali, seperti tawaf.

3. Tradisi Toron, Madura

Toron dalam bahasa Madura memiliki arti turun. Menjelang Iduladha, umat Muslim asal Madura yang hidup diperantauan akan melakukan Toron atau kembali pulang ke kampung halaman.

Setelah sampai ke kampung halaman, mereka akan bersilaturahmi ke sanak saudara maupun tetangga. Silahturahmi merupakan puncak dari tradisi Toron.

Selain bersilaturahmi, tradisi Toron dilakukan untuk melakukan nyekar atau nyalase dengan berkunjung ke kuburan untuk mendoakan para pendahulu.

4. Tradisi Apitan, Semarang

Warga Kota Semarang, Jawa Tengah merayakan Iduladha dengan menggelar tradisi Apitan. Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas rezeki atas hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan.

Tradisi Apitan dimulai dengan pembacaan doa, dilanjutkan dengan mengarak hasil tani, ternak, hingga gunungan. Sepanjang jalan yang dilalui arakan warga akan saling berebut gunungan.

Warga setempat percaya bahwa tradisi ini merupakan kebiasaan wali songo sebagai bentuk rasa syukur saat perayaan Iduladha. Semarak Gelaran Apitan, diwarnai dengan berbagai hiburan tradisional khas Semarang.

5. Tradisi Manten Sapi, Pasuruan

Tradisi manten sapi dilakukan oleh umat Islam di Pasuruan sebagai simbol kehormatan hewan kurban yang akan disembelih.

Uniknya, sebelum disembelih hewan kurban akan didandani layaknya pengantin. Hewan tersebut juga diberikan kalung bunga tujuh rupa dan dibalut dengan kain kafan, surban serta sajadah.

Kain kafan mempunyai makna kesucian orang yang berkurban. Hewan kurban yang sudah dirias kemudian diarak menuju masjid setempat untuk disembelih. Setelah itu, dagingnya diolah sebagai hidangan untuk santapan bersama.

TERIMAKASIH!

Terimakasih kawan telah membaca hingga akhir artikel, semoga informasi yang kami berikan dapat membantu kawan mempelajari dan mengetahui inovasi-inovasi terbaru dalam perkembangan bidang kepariwisataan Indonesia! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Jika kawan Travbuck membutuhkan guide, informasi, maupun kendaraan, jangan segan untuk menghubungi kami di media sosial kami ya! jangan lupa untuk cek artikel kami terkait Tradisi Ogoh-ogoh Jelang Hari Raya Nyepi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *